selamat datang di blog kami . . . semoga ilmunya bermanfaat . . .

Jumat, 03 Desember 2010

Post Matur (Post Term)

nih temen - temen . . . materi yang tadi jadi bahan diskusi d kelasku . . . alhamdulilah nih dosen bilang Cukup Sangat Bagus isinya . . . yang pada intinya The paper is Good ... so you must read this matter . . . check this out . . .

A. DEFINISI
Kehamilan post matur, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamila lewat bulan, prolong pregnancy, extended pregnancy, postdate/ posdatisme , atau post-term pregnancy. Merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari HPHT menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata – rata 28 hari. (WHO 1977, FIGO 1986)
Kehamilan lewat waktu ialah kehamilan yang umurnya lebih dari 42 minggu. (Hanifa, 2002) kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Nama lain kehamilan lewat waktu adalah kehamilan serotinus, prolong pregnancy, atau post-term pregnancy.
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari haripertama haid terakhir. kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal. Namun, sekitar 3,4 sampai 14 % atau rata-rata 10 % kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Angka ini bervariasi dari beberapa peneliti bergantung pada kriteria yang dipakai. Kehamilan posterm terutama berpengaruh terhadap janin, meskipun hal ini masih banyak diperdebatkan dan sampai sekarang masih belum ada persesuaian paham. Dalam kenyataannya kehamilan posterm mempunyai pengaruh terhadap perkembangan janin sampai kematian janin. ada janin yang dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat badannya meningkat terus, ada yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan berat bada kurang dari semestinya atau meninggal dalam kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen. kehamilan posterm mempunyai hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal, ataupun makrosomia. Sementaraitu resiko bagi ibu dengan kehamilan posterm dapat berupa perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetrik yang meningkat. Berbeda dengan angka kematian ibu yang cenderung menurun, kematian perinatal tampaknya masih menunjukkan angka yang cukup tinggi, sehingga pemahaman dan penatalaksanaan yang tepat terhadap kehamilan posterm akan memberikan sumbangan besar dalam upaya menurunkan angka kematian, terutama kematian perinatal.
Kehamilan normal ditandai denga gerak janin 7-10/20 menit, denyut jantung janin 120-140/menit, usia kehamilan 37-42 minggu (rata-rata 37-40 minggu), dan berat janin 2.500-4.000 gram.

B. ETIOLOGI
1. Pengaruh hormon
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercayai merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular pada persalinan dan meningkatkan sensitifitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan posterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan posterm memebri pesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan posterm.
3. Teori kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diacukan bahwa sebagai ” pemberi tanda ” untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan memepengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, sehingga pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai peyabab terjadinya kehamilan posterm.
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan posterm mempunyai kecenderungan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip cunninghammenyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan posterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan posterm.

C. TANDA DAN GEJALA
1. Kehamilan melebihi 40 minggu
2. Progesterone tinggi
3. Penurunan fungsi plasenta
4. Tidak ada Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, sehingga tidak ada stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.

D. PATHOFISIOLOGI
Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm1. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat kekurangan oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat.
Pada saat janin lahir dapat terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration syndrome). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik.
Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit
2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
i. Stadium I. kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit kerng, rapuh dan mudah mengelupas.
ii. Stadium II. Seperti stadium satu disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit
iii. Stadium III. Seperti stadium satu disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi kehamilan lewat waktu terjadi baik pada ibu maupun janin.
1. Komplikasi pada janin meliputi :
a. Oligohidramnion
Air ketuban normal pada kehamlan 34-37 minggu adalah 1.000 cc, aterm 800 cc, dan lebih dari 42 minggu 400 cc. Akibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental karena mekonium (diaspirasi oleh janin), afiksia intrauterin (gawat janin), pada in partu (aspirasi air ketuban, nilai apgar rendah, sindrom gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga menimbulkan atelektasis).
b. Warna mekonium
Mekonium keluar karena refleks vagus terhaap usus. Peristaltik usus dan terbukanya sfingter ani membuat mekonium keluar. aspirasi air ketuban yang disertai mekonium dapat menimbulkan gangguan pernafasan bayi/janin, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir, dan hipoksia intrauterin sampai kematian janin.
c. Makrosomia
Dengan plasenta yang masih baik, terjadi tumbuh kembang janin dengan berat 4.500 gram yang disebut makrosomia. Akibat terhadap persalinan adalah perlu dilakukannya tindaka operatif seksio sesarea, dapat terjadi trauma persalinan karena operasi vaginal, distosia bahu yang menimbulkan kematian bayi, atau trauma jalan lahir ibu.
d. Dismaturitas bayi
Pada usia kehamilan 37 minggu, luas plasenta 11 m2 . Selanjutnya, terjadi penurunan fungsi sehingga plasenta tidak berkembang atau terjadi kalsifikasi dan aterosklerosis pembuluh darah. Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan metabolisme menuju anaerob sehingga terjadi badan keton dan asidosis. Terjadi dismaturitas dengan gejala Clifford yang ditandai dengan :
o kulit : subkutan berkurang dan diwarnai mekonium
o otot makin lemah
o kuku tampak panjang
o tampak keriput
o tali pusat lembek, mudah tertekan dan disertai oligohidramnion.
2. Komplikasi pada ibu
a. Morbiditas/ mortalitas ibu : dapat meningkat sebagai akibat dari makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia persalinan, incoordinate uterina action, partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik dan persalinan traumatis / perdarahan postpartum akibat bayi besar
b. Aspek emosi : ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung melewati taksiran persalinan. Komentar tetangga atau teman seperti ”belum lahir juga ?” akan menambah frustasi ibu.

H. PENATALAKSANAAN
1. Metode hormon untuk induksi persalinan :
a. Oksitosin yang digunakan melalui intravena ( atas persetujuan FDA untuk induksi persalinan ). Dengan catatan servik sudah matang.
b. Prostaglandin : dapat digunakan untuk mematangkan servik sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya menunjukkan hal yang positif.
c. Misprostol
• Merk dagang cytotec. Suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan intravagina ( disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk induksi)
d. Dinoproston
• Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1995)
• Merk dagang predipil. Suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel 0,5 mg deng diberika intraservik ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1993)
e. Mifepriston 9 RU 486, antagonis reseptor progesteron) ( disetujui FDA untuk aborsi trimester pertama, bukan untuk induksi) tersedia dalam bentuk tablet 200 mg untuk diberikan per oral.
2. Metode non hormon Induksi persalinan
a. Pemisahan ketuban
Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik yang mudah diraih dan segmen uterus bagian bawah pada saat pemeriksaan dalam Dengan tangan terbungkus sarung tangan bidan memeriksa wanita untuk menentukan penipisan serviks, pembukaan dan posisi lazimnya. Perawatan dilakukanan untuk memastikan bahwa bagian kepala janin telah turun. Pemeriksaan mengulurkan jari telunjuk sedalam mungkin melalui os interna, melalui ujung distal jari perlahan antara segmen uterus bagian bawah dan membaran. Beberapa usapan biasanya eektif untuk menstimulasi kontaksi awal reguler dalam 72 jam. Mekanisme kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin ke dalam sirkulasi ibu. Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika terdapat ruptur membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu maupun bagi janin. Pemisahan memban servis tidak dilakukan pada kasus – kasus servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi yang tidak diketahui, atau perdarahan pervaginam yang tidak diketahui.
b. Amniotomi
Pemecahan ketuban secara sengaja (AROM). Saat dikaukan bidan harus memeriksa dengan teliti untuk mengkaji penipisan servik, pembukaanm posisi,, dan letak bagian bawah. Presentasi selain kepala merupakan kontrainsdikasi AROM dan kontraindikasi lainnya ketika kepala belum turun, atau bayi kecil karena dapat menyebabkan prolaps talipusat. Meskipun amniotomi sering dilakukan untuk menginduksi persalinan, namun hingga kini masih belum ada studi prospektif dengan desain tepat yang secara acak menempatkan wanita pada kelompok tertentu untuk mengevaluasi praktik amniotomi ini.
c. Pompa Payudara dan stimulasi puting.
Penggunaan cara ini relatif lebih aman kerna menggunakan metode yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan. Penangannya dengan menstimulasi selama 15 menit diselingi istirahat dengan metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali perhari.
d. Kateter forey atau Kateter balon.
Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian ballon di isi udara 25 hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya. Beberapa uji klinis membuktikan bahwa teknik ini sangat efektif.
e. Aktifitas seksual.
Jika tidak merasa bahwa penatalaksanaan aktif pada persalinan lewat bula diindikasikan, protokol dalam memuat panduan rekomendasi yang mencakup pemberian, wakru, dosis, dan langkah kewaspadaan. Sementara pada penatalaksanaan antisipasi, bidan dianjurkan mendokumentasikan secara teliti rencana penatalaksanaan yang disepakati bersama oleh wanita. Perawat maupun wanita harus memahami secara benar standar perawatan setempat untuk menangani kehamilan lewat bulan. Wanita sebaiknya diberi tahu jika terdapat status yang tidak mencakup pada penggunaan resep, dan bidan harus tetap merujuk pada literatur terkini seputar penanganan kehamilan lewat bulan.


I. PROGNOSIS
Beberapa ahli dapat menyatakan kehamilan lewat bulan bila lebih dari 41 minggu karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu. Namun kurang lebih 18 % kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan menjadi 42 minggu bergantung pada populasi dan kriteria yang digunakan.
Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan.Jika Tp telah ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan.Data yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan lebih dari 40 minggu.
Penyebab lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen, 2007). Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4 – 12%. Apabila diambil batas waktu 43 minggu frekuensinya adalah 3,4 -4% ( Mochtar,Rustam,1998)
Kesepakatan yang ada adalah bahwa resiko mortalitas perinatal lebih tinggi pada IUGR atau bayi SGA daripada AGA lewat bulan. Clausson et al Menegaskan bahwa odds ratio untuk kematian perinatal untuk bayi AGA tidak berbeda signifkan pada bayi post term. Namun bagi SGA mempunyai odds ratio 10,5 pada lahir post term. Penatalaksanaaan aktif pada bagi AGA dengan lebih bulan kenyataan dapat mengubah hasil positif yang diingunkan, angka penatalaksanaan anestesia epidural, persalinan sesar, dan mortalitas.
Pengaruh terhadap Ibu dan Janin
a. Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena (a) aksi uterus tidak terkoordinir (b). Janin besar (c) Moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas.


b. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.

J. PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wilkison, M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Sumber internet :
www.google.com/.../apri’sblog/postmatur/postmatur.html
www.google.com/.../biologiblog/postmatur/post-matur.html

Selasa, 30 November 2010

Macam - macam Kontrasepsi

A. PIL
Berupa lombinasi dosis rendah estrogen dan progesteron. Merupakan metode KB paling efektif karena bekerja dengan beberapa cara sekaligus, yaitu
- Mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur).
- Meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga menghalangi masuknya sperma.
- Membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan.
Bila pasien disiplin minum nya, dapat dipastikan perlindungan "kontrasepsi" hampir 100 %. Selain itu, OC merupakan metode yang paling reversibel, artinya bila pengguna ingin hamil dapat langsung berhenti minum pil dan biasanya langsung hamil dalam 3 bulan.
Manfaat Tambahan OC. Selain berfungsi sebagai alat kontrasepsi, OC ternyata juga memberikan manfaat yang tidak langsung berhubungan dengan efek "kontrasepsi" (non-contraceptive benefits) yaitu menyembuhkan atau mengurangi resiko terjadinya beberapa kelainan atau keluhan tertentu, seperti :
- Siklus menstruasi yang tidak teratur (iregular cycle).
- Darah yang keluar pada saat menstruasi terlalu banyak (hiper-menore).
- Sindroma sebelum haid (premenstrual syndrome / PMS).
- Haid dengan rasa nyeri hebat di perut (dismenore)
- DenganmengkonsumsiOC, siklus haid menjadi teratur dan lebih ringan sehingga resiko terkena anemia dan defisiensi besi akan berkurang.

B. IMPLAN
Kontrasepsi susuk KB biasanya tersedia beberapa pilihan; 1 batang, 2 batang, dan 6 batang. 1,2 atau 6 buah batang ini dimasukkan di bawah kulit pada lengan bagian atas. Untuk jenis 1 dan 2 batang, biasanya sangat efektif untuk 3 tahun. Sedangkan jenis 6 batang sangat efektif dalam 5 tahun.

Di antara produksi yang tersedia di pasaran, susuk KB Sino Implant yang diproduksi Shanghai Daihua Pharmaceutical PRC bisa menjadi rujukan. Sino Implant ini adalah susuk silastik levonorgestrel yang setiap kepingnya mengandung 75 mg levonorgestrel. Untuk jenis 2 batangnya, efektivitas susuk ini mencapai 4 tahun.
Kontrasepsi hormonal susuk KB ini juga aman untuk ibu menyusui karena mengandung progesteron. Bandingkan dengan kontrasepsi hormonal melalui suntik KB. Suntik KB memiliki ‘masa suntik’ bervariasi. Ada per satu bulan. Ada pula per tiga bulan. Untuk KB suntik per satu bulan, wanita menyusui harus waspada: Jangan menggunakan karena adanya unsur estrogen.

Pil KB sebenarnya juga aman bagi wanita menyusui (karena mengandung hormon progesterone), tapi pil KB tidak cocok untuk wanita aktif. Pasalnya metode kontrasepsi ini menuntut ketaatan waktu. Sekali lupa, resikonya hamil sangat tinggi. arena fungsional dan manfaatnya, susuk KB yang diperkenalkan pertamakali di Indonesia tahun 1982 dapat diterima masyarakat.


C. SUNTIK

1. JENIS KB SUNTIK
Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
a. Suntikan 1 bulan ; contoh : cyclofem
b.Suntikan/3 bulan ; contoh : Depo provera, Depogeston (Harnawati, 2008).
2. CARA KERJA KB SUNTIK
a. Menghalangi ovulasi (masa subur)
b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
c. Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
d. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
e. Mengubah kecepatan transportasi sel telur.

D. SPIRAL
IUD (Intra Uterine Device) atau spiral: terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) dan dipasang di mulut rahim. Efektivitasnya 92-94%. Kelemahan alat ini yaitu bisa menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul, pendarahan di luar masa menstruasi atau darah menstruasi lebih banyak dari biasanya.

E. KONDOM
Efektivitas 75-80%
Terbuat dari latex sebagai barier dari sperma.
Kegagalan terjadi karena kondom tidak dipasang sejak awal coitus atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi.
Kekurangan :
- Mudah robek
- Mengurangi sensasi
- Membutuhkan waktu untuk pemasangan

Sabtu, 27 November 2010

Nuzulul Qur'an

A. Pengertian Nuzulul Qur’an
Menurut bahasa nuzulul Al-Qur’an artinya turunnya Al-Qur’an. Adapun yang dimaksud adalah pemberitahuan Allah tentang Al-Qur’an kepada segenap penghuni langit dan bumi dalam semua segi dan aspeknya ¬
Sedangkan makna diturunkanya Al-Qur’an ialah , dilahirkanya dari alam ghaib ke alam syahadah dengan cara melahirkan rupanya yang bersifat alam kepada utusan-utusan ( para malaikat yang dijadikan utusan ), atau dengan jalan dilahirkan ke Louhul Mahfudh.

B. Cara dan Fase Nuzulul Qur’an
1. Fase Turunya Al – Qur’an
a. Turunya Al-Qur’an itu ada dua tahab Al-Qur’an turun langsung sejumlah 30 Juz, yaitu dari Lauhul Mahfudz ke baitul ‘Izah ( langit bumi )
b. Turun secara berangsur-angsur, selama kurang lebih 23 tahun, yaitu dari langit bumi kepada Nabi Muhammad SAW
2. Cara Turunnya Al-Qur’an
Menurut pemeriksaan para ahli, bahwa, bahwa Nabi kita menerima wahyu dengan berbgai cara dan telah menerima perintah dengan cara itu. Terdapat tujuh cara, wahyu diterima Nabi Muhammad SAW.
a. Dengan cara mimpi
b. Dengan cara dihembuskan ke dalam jiwanya perkataan yang dimaksud.
c. Dengan cara seperti gemerincing lonceng yang sangat keras. Martabat inilah yang paling berat diterima Nabi.
d. Dengan cara Malaikat menyerupakan sebagai seorang laki-laki. Jibril pernah datang kepada Nabi dalam rupa Dihyah Ibn Kholifah, Seorang lelaki yang sangar elok rupanya.
e. Dengan cara Jibril menampakan rupa yang asli yang mempunyai enamratus sayap.
f. Dengan Allah berbicara dari belakang hijab, baik dalam keadaan Nabi sadar (jaga) sebagai dalam malam Isro’, ataupun dalam keadaan tidur.
g. Dengan cara Isrofi turun dengan membawa beberapa wahyu sebelum Jibril datang membawa wahyu Al-Qur’an
Menurut penerangan Amir Asy Sya’bi, bahwa tiga tahun lamanya Isrofil terlihat bersama Nabi dan menyampaikan beberapa ketetapan. Sesudah itu barulah Jibril membawa Al-Qur’an
Ibnu Qoiyimi menyebut dalam Az Zad menyebut tujuh cara juga. Akan tetapi tidak menyebut cara keenam yang disebut oleh Suhaili sebagai gantinya disebutkan cara yang ke enam : Wahyu Tuhan kepada Nabi kala Nabi berada di ruang angkasa pada malam mi’roj. Dan yang ke tujuh dikatakan : Kalam Allah kepada Nabi tidak memakai perantara malak seperti Tuhan berkata kepada Musa.
Asy Syamsi dalam sirohnya dengan delapan cara: yang ke tujuh ialah : Datang wahyu sebagai suara lebah. Ini diberitakan oleh Umar ; Bahwa apa bila Rosulullah menerima wahyu, didengar disisinya sebagai suara lebah.Dan yang ke delapan ialah : Faham yang dimasukan ke dalam hati di kala belliau berjihad menetapkan hukum.
Segolongan ahli ilmu berpendapat , bahwa ada lagi suatu cara turunya wahyu, yaitu Tuhan langsung berbicara dengan Nabi bermuka-muka dengan tidak ada hijab. Pendapat ini berdasar pada faham, bahwa Nabi ada melihat Allah dengan mata kepala.Ini ssuatu masalah yang diperselisihkan antara para ‘ulama’ salaf dan kholaf, srta jumhur sahabat bahwa mereka menyetujui pendapat ‘Aisyah yang menolak dengan keras bahwa Nabi ada pernah melihat Allah dengan mata kepalanya. ‘Usman Ibnu said Ad Darimy dalam sunanya menghikayatkan ijma’ sahabat terhadap pendapat Aisyah itu.
Menurut riwayat yang shohih, bahwa Nabi SAW menerima wahyu yang datng dengan suara yang keras menyerupai gemerincingnya lonceng, dengan sangat sangat berat, keluar peluh dari dahinya meskipun hari sangat dinginya.Dan kendaraanya menderum ketanah kala beliau sedang menungganginya. Pernah sekali datang wahyu demikian, di kala paha beliau letakan pada paha zaid bin tsabit, lalu zaid merasa berat sekali paha Nabi itu.
Oleh karena demikian, maka para pengarang barat menuduh, bahwa Nabi sering-sering tertimpa epilepsy ( ayan ). Padahal tanda-tanda penyakit tersebut yang menurut ilmu kedokteran tidak sedikitpun juga terdapat pada Nabi kita kala turun wahyu
Kemudian tentang apakah materi yang diturunkan, para ‘ulam’ berselisih faham.
a. Pendapat yang pertama,menetapkan yang diturunkan itu lafad dan makna. Jibril menghafal Al- Qur’an dari louh mahfuz lalu menurunkanya.
b. Pendapat kedua menetapkan, bahwa jibril menurukan maknanya saja. Rosul memahami makna-makna itu lalu menakbirkan dalam bahasa Arab.
c. Pendapat ke tiga menetapkan bahwa Jibril menerima makna, lalu Jibril mentakbirkan dalam Bahasa Arab. Dan ada faham bahwa isi langit membaca Al-Quran dalam bahasa Arab Lafaz Jibril itulah yang diturunkan kepada Nabi.SAW.
Kata Al Juainy itu yakni yang diturunkan terbagi dua.
a. Pertama; Bagian yang disampaikan Allah kepada Jibril : Katakanlah kepada Nabi yang engkau diutus kepadanya, bahwa Allah bertitah begini atau menyuruh mengerjakan begini. Jibril memahamkan apa yang dititahkan tuhan. Kemudia ia membawa turun kepada Nabi dan lalu menyampaikan apa yang dititahkan Tuhan. Akan tetapi bukan dengan ibarat yang didengar dari Tuhan, yakni yang disampaikan itu hanya maknanyasaja
b. Kedua; bagian yang Tuhan bertitah kepada Jibril, Bacakanlah kepada Nabi Kitab ini. Maka Jibrilpun turun membawa yang disuruh baca itu dengan tidak mengubah lafaznya

C. Argumen dan Hikmah Nuzulul Qur’an Secara Bertahap
1. Argumen Nuzul Al-Qur’an Secara Bertahap
Sosialisasi dan penjabaran hukum-hukum Al-Qur’an berdasar atas empat prinsip
a. Penerangan hukum secara bertahap
b. Mnyederhanakan beban
c. Menghilangkan suatu yang memberatkan
d. Mengurangi suatu yang memberatkan

2. Hikmah Turunya Al Qur’an Secara Bertahap
a. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan.Oarang akan enggan melaksanakan perintah dan larangan, sekiranya perintah dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak.
b. Di antaranya ada ayat-ayat itu yang nasih dan mansuh sesuai dengan kemaslahatan. Hal ini tidak bisa dilakukan sekiranya Al Qur’an it trun sekaligus
c. Turunya suatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesan dan lebih berpengaruh di hati.
d. Memudahkan penghafalan.Orang-orang musyrik yang telah menanyakan mengapa Al Qur’an tidak diturunkan sekaligus, sebagai mana tersebut dalam Surat Al Furqon, ayat 32 yang berbunyi sebagai berikut :
e. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan atau atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan. Contohnya adalah Surat Al Kafirun. Hal ini tidak bisa terlaksana kalau Al Qur’an diturunkan sekaligus
D. Ayat Pertama dan Terahir
1. Ayat Yang pertama kali diturunkan ialah Surat Al ‘Alaq 1 sampai dengan 5 yang berbunyi :

a. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
b. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
c. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.
d. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
e. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Inilah ayat-ayat Al Qur’anul Karim yang mula-mula diturunkan. Seperti kelihatan bahwa ayat-ayat ini belum menyuruh Muhamad menyeru masnusia menyeru suatu agama dan belu ada yang memberitahukan kepadanya bahwa dia adalah utusan Allah
2. Sedangkan ayat yang terakhir diturunkan ialah Surat Al Maidah ayat 3 yang berbunyi sebagai berikut :

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.”



E. Fatrotul Wahyi
Fatrotul wahyi artinya masa sunyi dari turunnya wahyu yang selang beberapa tahun tidak turun lagi. Sehingga orang-orang kafir mengira bahwa Tuhannya Muhammad telah melupakannya. Hal ini di jawab Allah dalam Al-Qur’an surat Adduha ayat 3 yang berbunyi :

“Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.”
Sementara waktu orang-orang musyrik berkata “Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci kepada-Nya.” Maka turunlahayat ini untuk membantah orang-orang Kafir tersebut.

Terapi Kejang Listrik

masuk ke ranah jiwa yuk ^^ . . . gangguan jiwa itu ada tingkatannya lhoh temen2 . . . salah satunta adalah Skizofrenia . . . nah Terapi Kejang Listrik adalah salah satu metode penyembuhan dari skizofrenia yang kata bu Dosen saya merupakan gangguan jiwa terminal atau paling parah bahasa awamnya . . . simak yuk temen2 penjelasan dari Terapi kejang listrik itu apa . . .

DEFINISI

ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang neurologist Italia Ugo Cerletti dan Lucio Bini pada tahun 1930. Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu. Terapi kejang listrik adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang gran mal secara artificial dengan melewatkanaliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples.
Terapi Kejang Listrik adalah suatu terapi dalam ilmu psikiatri yang dilakukan dengan cara mengalirkan listrik melalui suatu elekktroda yang ditempelkan di kepala penerita sehingga menimbulkan serangan kejang umum.
Sampai saat ini mekanisme TKL belum diketahui, hanya konvulsi umum yang dapat menimbulkan hasil pengobatan yang diinginkan. Berbagai teori menjelaskan tentang efek atas sintesis protein dan permeabilitas membrane otak. Nilai ambang konvulsi beralianan pada berbagai penderita, lebih tinggi pada wanita dan pada usia yang lebih lanjut. Nila ambang konvulsi juga menjadi lebih tinggi sesudah konvulsi pertama. Aktivitas lambat EEG meningkat setelah TKL dan paling kurang menetap selama 2 bulan setelah itu. Beberapa kali TKL dalam tikus menyebabkan perubahan sensitivitas reseptor pasca sinap terhadap monoamine, sehingga TKL bisa mempotensiasi kerja 5-HT dan transmiter noradrenalin.

TUJUAN

1. Mengembalikan fungsi mental klien
2. Meningkatkan ADLs klien secara periodik

INDIKASI

1. Depresi mayor
a. Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham somatic, waham bersalah, tidak ada perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap
b. Klien depresi ringan adanya riwayat responsif / memberikan respon membaik pada ECT
c. KLien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan

2. Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau terapi yang lain berbahaya bagi klien

3. Skizofrenia
a. Terutama yang akut. gejala positif yang nyata, katatania, atau denga gejala afektif
b. ECT tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada episode skizofrenia yang terpisah dan sudah lama tak kambuh

4. Lain-lain
a. Psikosis episodic
b. Psikosis atipikal
c. Gangguan obsesif kompulsif
d. Delirium
e. Beberapa gangguan medik, seperti neuroleptic malignant syndrome, kipopituarisme, gangguan epilepsy yang tidak responsif dengan terapi lain.


KONTRA INDIKASI

Hampir semua kontraindikasi tidaklah terhadap aliran listrik itu sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Komvulsi itu berat buat sistema kardiovaskuler dan tulang belulang. Jadi dekompensasi jantung dan anerisma aorta serta penyakit tulang dengan bahaya fraktura merupakan kontraindikasi untuk ECT, tetapi boleh diberi saja bila dipakai suntikan obat pelemas otot sehingga tidak terjadi konvulsi. Konvulsi mutlak ialah tumor otak, karena listrik yang masuk mempertinggi premeabilitas kapiler otak sehingga terjadi edema sidikit. Hal dapat menjadi fatal pada tumor otak yang memang sudah menyebabkan edema serebri dan tekanan intra karanial yang meninggi karena terjadinya inkarserasio(terjepitnya batang otsk atau bagian otak lain). Umur dan kehamilan bukan merupakan kontraindikasi akan tetapi harus diingat bahwa biarpun tidak terjadi kelahiran sebelum waktunya anak didalam rahim dapat saja terganggu bila ibu itu mengalami hipoksia karena apnea sesudah konvulsi. Sebaiknya bila dapat pasien itu disuruh menarik nafas panjang (hiperfentilasi) selama 1 – 2 menit sebelum ECT agar terkumpul O2 sehingga hipoksia tidak menjadi berat. Suatu hal yang lain ialah bahwa biarpun dengan ECT terjadinya abortus atau partus sebelum waktunya tidak lebih banyak dari pada tanpa ECT, bila hal itu terjadi sesudah ECT kita dapat saja di persalahkan oleh pasien atau keluarganya. Bila ada tuberkulosis pulmonum, thrombosa koroner, hipertensi atau gangguan yang lain pada sisitema kardiovaskuler kita harus mempertimbamgkan keadaan setiap penderita masing – masing dengan mengingat beratnya penyakit badan itu, tapi juga kerasnya penyakit jiwa yang dapat memberatkan penyakit badan bila penderita terus gelisah saja.

MEKANISME KERJA

Mekanisme kerja elektro convulsive therapy (ECT) yang sebenarnya tidak diketahui, tapi diperkiarakan bahwa ECT menghasilkan perubahan-perubahan kimia dan faal di dalam otak. Jadi bukan kejang yang ditampilkan secara motorik melainkan respon bangkitan listrik di otak.
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh sehingga penderita menerima aliran yang terputus – putus. Alatnya dinamakan konvulsator, di dalamnya ada pengatur voltase (tekanan listrik) dan pengatur waktu yang secara otomatis memutuskan aliran listrik yag keluar sesudah waktu yang ditetapkan. Setelah aliran listrik yang masuk dikepalanya, pasien menjadi tidak sadar seketika. Konvulsi terjadi mirip epilepsy, diikuti fase kloni, kemudian relaksasi otot dengan pernapasan dalam dan keras. Kemudian tidak sadar (kurang lebih 5 menit) dan setelah bangun kemudian timbul rasa kantuk, kemudian pasien tertidur.

EFEK SAMPING

Adapun efek samping yang terjadi pada klien yang dilakukan terapi ECT adalah :
1. Efek mortalitas
Angka kematian dengan ECT kira-kira 1/1000 sampai 1/10.000 . Biasanya akibat komplikasi kardiovaskuler dan sering terjadi pada klien yang memang sebelumnya sudah mempunyai kelainan kardiovaskuler.

2. Efek Susunan Saraf Pusat (SSP)
Berupa kebingungan akut dan kehilangan memori, biasanya daya ingat akan kembali normal dalam waktu 1 sampai dengan 6 bulan

3. Efek sistemik
a. Kadang terjadi aritmia jantung ringan, biasanya merupakan produk sampingan dari bradikardi pasca kejang dan karenanya dapat dicegah dengan menambahkan dosis premedikasi antikolinergik, dapat juga sekuneder terhadap takikardi yang muncul pada saat kejang.
b. Apnea berkepanjangan
c. Resiko toksik atau alergi terhadap obat-obatan yang digunakan dalam prosedur ECT

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta : Trans Info Media
Maramis, W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press
Baihaqi, MIF. 2007. Psikiatri. Bandung : PT Refika Aditama
www.google.com/.../anonim/ECT/

Jumat, 19 November 2010

Osteoporosis

DEFINISI
Osteoporosis adalah suatu kondisi yang ditandai oleh penurunan densitas tulang, menurunnya kekuatan dan mengakibatkan rapuh tulang. Osteoporosis secara harfiah menyebabkan tulang keropos normal yang kompresibel, seperti spons. Gangguan ini dari kerangka melemahkan tulang dan mengakibatkan sering patah tulang (istirahat) dalam tulang. Tulang normal terdiri dari protein, kolagen, dan kalsium yang semuanya memberikan kekuatan tulang. Tulang yang terpengaruh oleh osteoporosis dapat mematahkan (fraktur) dengan cedera yang relatif kecil biasanya tidak menyebabkan patah tulang. Patah tulang dapat berupa dalam bentuk cracking (seperti pada patah tulang pinggul) atau roboh (seperti dalam fraktur kompresi vertebra tulang belakang). Tulang belakang, pinggul, rusuk, dan pergelangan tangan adalah area umum patah tulang dari osteoporosis meskipun patah tulang yang terkait dengan osteoporosis dapat terjadi di hampir semua kerangka tulang.
Osteoporosis sering kali disebt “silent disease”, karena tidak menyebabkan gejala yang jelas hingga terjadi patah tulang untuk pertama kalinya. Osteoporosis dapt dicurigai atau didiagnosis berdasarkan scan spesifik yang dilakukan di rumah sakit, namun kecil kemungkinannya seseorang akan menjalani scan tersebut bila seseorang telah mengalami patah tulang atau sangat jelas beresiko mengalami osteoporosis.

PENYEBAB
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

JALANNYA PENYAKIT
Genetik, nutrisi, gaya hidup (missal: merokok, konsumsi kafein, dan alkohol), dan aktifitas mempengaruhi puncak masa tulang pada pria masa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal mendadak. Sedangkan pada peremuan, hilangnya esterogen pada saat menopause dan pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopause.
Diet Calsium dan vit.D yang sesuai harus mencukupi untuk mempertahankan remodeling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium da vit.D tidak mencukupi selama bertahun-tahun tyang dianjurkan (RDA: recommended daily allowence) meningkat pada usia 11-24 tahun ( adolesen dan dewasa muda) hingga 1200 mg per hari, untuk memaksimalkan masa tulang RDA untuk orang dewasa tetap 800 mg tetapi pada perempuan pascamenopause 1000-1500 mg per hari. Sedangkan pada lansia dianjurkan mengkonsumsi kalsium dalam jumlah tidak terbatas, karena penyerapan kalsium kurang efisien dan cepat diekskresikan melalui ginjal. (smeltzer, 2002).
Demikian pula, bahan katagolik indogen ( diproduksi oleh tubuh ) dan eksogen dapat menyebabkan osteoporosis. Penggunaan kortikosteroid yang lama, syndrome cushing, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme menyebabkan kehilangan tulang. Obat-obatan seperti isoniazid, heparin, tetrasiklin, antasida yang mengandung alumunium, furosemid, antikonvulsan, kortikosteroid, dan suplemen tiroid mempengaruhi penggunaan tubuh tubuh dan metabolism kalsium.
Imobilitas juga mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Ketika diimobilisasi dengan gips, paralisis atau inaktivitas umum, tulang akan diresorpsi lebih cepat dari pembentuknya sehingga terjadi osteoporosis.

MANIFESTASI KLINIS
Osteoporosis sering disebut “Silent disease” karena terjadi kehilangan massa tulang tanpa gejala. Orang – orsng tidak mengetahui, mereka terkena osteoporosis setelah tulang-tulang mereka menjadi lemah yang mana ketegangan tiba-tiba benjol atau bengkak, atau jatuh yang berakibat fatal pada tulang pinggul, vertebral, atau fraktur pergelangan tangan.

Farmakologi

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasibnya dalam organisme hidup. Farmakologi mencakup beberapa bagian yaitu farmakognosi, biofarmasi, farmakokinetika dan farmakodinamika, toksikologi dan farmakoterapi.
Dalam arti sempit farmakologi membahas interaksi antara molekul obat dengan system biologis tubuh. Interaksi itu dapat berupa pengaruh obat pada tubuh (fungsi fisiologis dan biokimiawi) dan pengaruh tubuh pada obat. Pengaruh obat pada tubuh baik berupa efek yang diharapkan dan bermanfaat (efek terapi) ataupun efek yang tidak diharapkan (efek samping, efek toksik), cara kerja (mekanisme aksi) dan tempat kerja (titik tangkap kerja) obat dibahas dalam farmakodinamika. Pengaruh tubuh pada obat merupakan proses yang dialami oleh obat selama berada didalam tubuh (meliputi proses absorbs, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi) dibahas dalam farmakokinetika.
Perkembangan farmakologi sejak pertengahan abad ke 20 tidak terlepas dari perkembangan konsep penggunaan obat untuk mengatasi penyakit. Pada zaman dahulu pengobatan penyakit didasarkan pada konsep magis mistic sesuai dengan pemahaman manusia pada fenomena alam disekitarnya pada masa itu.
Obat yang digunakan dalam terapi telah diteliti dan ddiketahui rahasia melalui berbagai macam percobaan baik pada hewan uji maupun pada manusia baik yang sehat maupun yang sakit dalam kerangka pengembangan obat. Kemajuan ilmu dan teknologi pada saat ini memungkinkan obat dibuat secara sintetik. Suatu obat dapat digunakan sebagai obat setelah ada bukti bahwa obat itu efektif dan aman. Efektif arinya dapat menimbulkan efek yang diharapkan dan aman yang berarti tanpa menimbulkan efek yang merugikan.
Dari bahan yang diduga dapat digunakan sebagai obat sampai menjadi obat, suatu calon obat harus mengalami dan lolos dari tahapan pengujian obat berupa serangkaian percobaan pada hewan uju dan manusia yang dilakukan secara sistematis untuk mendapatkan data tentang efektifitas dan keamanan calon obat. Jika dalam percobaan pada hewan uji suatu calon obat menunjukkan efek yang diharapkan (berarti efektif)dan hanya sedikit dan ringan atau bahkan sama sekali tidak menimbulkan efek yang tidak diharapkan (aman), pengujian lanjut dapat dilakukan pada manusia, mula-mula pada yang sehat lalu pada yang sakit. Rangkaian percobaan dalam kerangka pengembangan obat dapat dibagi dalam dua tahap yaitu tahap uji praklinik yang dilakukan pada hewan uji dan tahap uji klinik yang dilakukan pada manusia baik yang sehat dan yang sakit. Dari pengujian itu diperoleh informasi apakah calon obat tersebut efektif, aman dan manjur.

Diabetes Gestasional

lagi - lagi ada hal yang meresahkan pikiran ibu hamil, salah satunya ini nih yang mau kita bahas "Diabetes Gestasional" yuk kita belajar bareng2 apa sih yang satu ini ? ? ? ?

  • Definisi

Diabetes gestasional adalah gangguan dari glukosa yang dipicu olah kehamilan, biasanya menghilang setelah melahirkan (Murrai et al., 2002). Diabetes yang dialami oleh seorang ibu yang pernah menderita DM sebelum hamil dan ibu mengalami DM pada saat hamil disebut diabetes mellitus gestasional (Syafei Filiang, 1993).
Diabetes gestasional juga merupakan jenis diabetes yang terjadi pada wanita dalam masa hamil yang sebelumnya tidak menderita diabetes. Terjadi pada minggu ke 24 sampai ke 28 pada masa kehamilan. Walaupun diabetes pada masa kehamilan termasuk salah satu factor resiko terkena diabetes tipe dua. kondisi ini adalah kondisi sementara dimana kadar gula darah akan kembali normal setelah melahirkan.

  •  Etiologi

Penyakit diabetes mellitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karna kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa untuk melewati membrane sel. Tanpa insulin yang adekuat, glukosa tidak dapat memasuki sel-sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan tetap berada dalam daerah sehingga kadar glukosa darah meningkat di atas batas normal yang menyebabkan air tertarik dari sel-sel ke dalam jaringan atau darah sehingga terjadi dehidrasi seluler. Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan ginjal harus mengsekresikannya melalui urine dan bekerja keras sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju filter glonurulus dan penurunan kemampuan tubulus renalif profesional/renalis untuk mereabsorbsi glukosa. Hal ini meningkatkan tekanan osmotik dan mencegah reabsorbsi air oleh tubulus ginjal yang menyebabkan dehidrasi ekstreaoseluler.
Penyakit diabetes dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.

  •  Tanda dan gejala
 tanda dan gejala dari DM gestasional sangatlah mirip dengan penderita DM pada umumnya, yaitu:

1.                  Banyak kencing (poliuria).
2.                  Haus dan banyak minum (polidipsia), lapar (polifagia).
3.                  Letih, lesu
4.                  Mual, muntah
5.                  Obesitas
6.                  Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
7.                  Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita.
8.                  Gatal
9.                  Mata kabur
10.              Ketonemia (kadar keton berlebih dalam darah)
11.              Glikosuria
12.              Gula darak 2 jam > 200 mg/dl
13.              Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
14.              Gula darah puasa > 126 mg/dl

  • Pathofisiologi
 
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrindan karbohidrat sehingga terjadi inadekuatnya pembentukan dan penggunaan insulin yang berfungsi memudahkan glukosa berpindah ke dalam sel-sel jaringan. Tanpa insulin yang adekuat, glukosa tidak dapat memasuki sel-sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan tetap berada dalam daerah sehingga kadar glukosa darah meningkat di atas batas normal yang menyebabkan air tertarik dari sel-sel ke dalam jaringan atau darah sehingga terjadi dehidrasi seluler. Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan ginjal harus mengsekresikannya melalui urine dan bekerja keras sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju filter glonurulus dan penurunan kemampuan tubulus renalif profesional/renalis untuk mereabsorbsi glukosa. Hal ini meningkatkan tekanan osmotik dan mencegah reabsorbsi air oleh tubulus ginjal yang menyebabkan dehidrasi ekstrea seluler.
Karena glukosa dan energi  dikeluarkan dari tubuh bersama urine, tubuh mulai menggunakan lemak dan protein untuk sumber energi yang dalam prosesnya menghasilkan keton dalam darah. Pemecahan lemak dan protein juga menyebabkan lelah, lemah, gelisah yang dilanjutkan dengan penurunan berat badan mendadak ditambah terbentuknya keton akan cepat berkembang keadaan koma dan kematian.
Metabolisme karbohidrat Selma kehamilan karena insulin yang berlebihan masih dibutuhkan dalam perkembangan kehamilan. Progesteron dan HPL menyebabkan jaringan ibu resisten terhadapa insulin dan menghasilkan enzim yang disebut insulinase yang dihasilkan oleh plasenta, sehingga memepercepat terjadinya insulin. Bila pancreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat, maka akan timbul suatu keadaan yang disebut hiperglikemia, sehingga dapat menimbulkan kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi), mengekskresikan cairan (poliuri) dan mudah lapar (polifagi).

  • Penangangan

Strategi terapi diabetes mellitus pada ibu hamil meliputi manajemen diet, menjaga berat badan ibu tetap ideal, terapi insulin untuk menormalkan kontrol glikemik dan olah raga.